Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa
(GERAM) berasal dari sejumlah organisasi FMN, GMNI, HMI, PMII, KAMMI,
GMKI, PMKRI, KNPI-Kota Palangkaraya, BEM UNPAR, DEMA STAIN, HIMABARUT, BOM-BK,
HIMAPAKAT melakukan aksi di Depan Gedung DPRD Provinsi Kalimantan
Tengah. Mereka membawa berbagai poster yang bertuliskan tolak kenaikan harga
BBM.
“Hal ini sangat beralasan, sebab dengan kenaikan harga BBM
tersebut, kata M. Fahrul Riannur selaku korlap, akan berdampak terhadap
kenaikan harga semua bahan kebutuhan pokok. “Itu akan memberatkan rakyat. Kita
semua yang akan merasakan dampak kenaikan harga BBM itu,” ucapnya.
Disisi lain subsidi BBM yang menurut pemerintah membengkak
akibat tingginya jumlah Import minyak (990
barrel perhari), kenyataannya diakibatkan kerana jumlah import yang
dilakukan oleh pemerintah melebihi kebutuhan import sebenarnya (860 barrel/hari). Artinya, terdepat
selisih angka yang “digelapkan” oleh pemerintah sebesar 130 ribu barrel/hari,
dengan nilai US$.13 Jt/hari, sama dengan Rp. 124,8 Milliar/hari atau Rp. 1, 498
Trilliun/tahun.
Anggaran subsidi BBM yang disampaikan oleh pemerintah untuk
46,7 Kl. Senilai 69, 150 T. ternyata melebihi kebutuhan biaya Import yang
sebenarnya mencapai 69,120 T. Artinya bahwa, Mark up jumlah import dan
pembengkakan jumlah anggaran tersebut, pemerintah sudah mengantongi keuntungan
sebesar 31, 7 T/tahun. Sedangkan kompensasi yang diberikan kepada Masyarakat
seperti BLSM, sama sekali tidak menjawab kebutuhan Rakyat.
Dalam audiensi itu, perwakilan mahasiswa melanjutkan pembacaan
tuntutannya, yang terdiri dari 14 poin. Diantaranya adalah rebut kedaulatan
rakyat atas sumber daya alam dan laksanakan reforma agraria sejati, cabut UU
Migas no 22 tahun 2001, UU no 11 tahun 1967, dan UU penanaman Modal no 25 tahun
2007 yang mengabdi pada imperialisasi, serta Pemerintah segera meningkatkan
kualitas dan kuantitas transportasi masa, nasionalisasi.
Aksi
kemudian dilanjutkan di Sekitar Bundaran Besar, Palangka Raya, sehingga sempat
membuat macet arus lalu lintas yang melintasi jalan utama. mahasiswa ini sempat
berulang kali mengehantikan paksa mobil berplat merah di bundaran besar. Namun
lagi-lagi aksi ini segera dikendalikan oleh aparat keamanan dari jajaran
kepolisian.
Aksi
diakhiri dengan mengganti spanduk iklan di pangkal bundaran besar Yos Sudarso
dengan poster menolak kenaikan harga BBM. Secara keseluruhan, aksi ini berjalan
aman dan terkendali di bawah pengawasan aparat kepolisian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar