Andi Wirahadi Kusuma |
Banyak
yang mengatakan bahwa keberlangsungan sebuah peradaban, keberlangsungan
sebuah negara, keberlangsungan sebuah komunitas, tidak lain dan tidak
bukan terletak di pundak para pemuda yang dipersiapkan dan dibekali
untuk bisa menjadi generasi penerus dan penentu yang ada di puncak
kepemimpinan sebuah peradaban, negara, ataupun komunitas.
Pemuda
dalam sejarah selalu memiliki lahan peran yang sangat strategis, selalu
menemukan momentum yang baik dan pandai menempatkan diri diantara para
orang – orang tua. Kita tahu bagaimana perjuangan pemuda Indonesia
dahulu dalam rangka mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, Soekarno
yang dengan retorikanya mampu membawa angin semangat untuk terus
meningkatkan martabat bangsa, seorang Bung Syahrir yang di umurnya yang
masih muda pernah menjadi perdana menteri Indonesia yang pertama kala
Indonesia menganut sistem perlementer dulunya, seorang Muhammad Natsir,
tokoh pemuda yang memiliki jiwa idiologi keislaman yang kuat namun
menghargai perbedaan, idiologinya sampai membawa Natsir berada dalam
masa politik dua rezim (Masa presiden Soekarno dan Soeharto). Ada juga
tokoh pemuda di tahun 60’an, dialah seorang Soe hok Gie yang juga tokoh
yang kritis terhadap pemerintahan di masanya, dengan semangat
revolusionernya mampu memberikan dampak positif dengan menebarkan
semangatnya kepada pemuda – pemuda masa itu, bahkan sampai masa kini.
Masih banyak lagi tokoh – tokoh pemuda yang lain yang dengan
perjuangannya sebagai bukti bahwa Pemuda pada dasarnya memegang peranan
penting untuk keberlangsungan dan kemajuan sebuah peradaban, negara,
ataupun komunitasnya.
Jika
dahulu Karl Marx dengan semangat Marxismenya percaya pada gerakan –
gerakan “kelas”, berbeda dengan Ortega Gasset yang mempercayai kaum muda
sebagai agen – agen perubah. Artinya, gerakan – gerakan pemuda yang
juga saya sebut sebagai gerakan kelas revolusioner memberikan sebuah
cahaya dalam hal harapan bangsa yang lebih baik kedepannya. Semangat
pemuda untuk merevitalisasi keadaan bangsa dan negara merupakan
manifestasi sebuah bangsa berkembang yang dengan semangatnya, kedepan
bangsa tersebut dapat mengambil perannya sebagai bangsa yang terpandang
dan bermartabat tidak hanya dalam lingkup intern nasionalnya, tapi juga
ekstern internasional.
Begitupun
dengan pergerakan pemuda di Palangka Raya. Di bawah naungan DPD KNPI
Kota Palangka Raya, kepemimpinan Andi Wirahadi Kusuma mampu
membangkitkan jiwa revolusioner pemuda, dengan waktu yang terbilang
singkat. Pasca Musyawarah DPD KNPI Kota (27-29/12/2012), kini sudah terhimpun 120 orang anggota dari berbagai organisasi kampus (BEM), OKP, dan organisasi kepemudaan lainnya.
Ada beberapa nilai perjuangan, yang penulis amati dari sisi pergerakan DPD KNPI Palangka Raya : di antaranya,
- Pemuda harus memiliki idealisme yang revolusioner. Revolusioner disini tidak hanya berarti harus merubah suatu sistem yang telah berjalan karena sistem tersebut tidak cocok untuk diaplikasikan, namun revolusioner disini juga dimaksudkan untuk meneruskan sebuah sistem yang sudah berjalan dengan disertai inovasi dan juga ide – ide besar untuk menyempurnakan sebuah sistem yang sudah ada supaya sistem tersebut menjadi lebih baik dan lebih hidup. Karena permasalahan revolusioner selama ini adalah ketika berganti generasi maka generasi yang baru biasanya meninggalkan sistem yang lama dan menggantinya 100 persen dengan sistem yang baru, padahal revolusi yang seperti itu jelas akan menjadi penghalang pembangunan bangsa.
- Pemuda harus memiliki idealisme untuk mau belajar terus – menerus. Semangat diri sebagai pemuda untuk terus belajar harus dibangun terus menerus. Karenanya kita sebagai pemuda harus sadar akan wawasan dan keilmuan yang mungkin belum seberapa. Bagaimana kita belajar untuk terus mengupgrade diri sendiri, bagaimana kita mau belajar dari orang lain yang mungkin kita anggap labih baik kapasitasnya dari pada kita, bagaimana kita juga mau menerima kritik dan saran yang membangun demi mencapai kapasitas diri yang lebih baik lagi. Percayalah bahwa saran dan kritik yang datang dari orang lain adalah bukti bahwa orang – orang yang memberikan kritik dan saran tersbut telah berharap dan memberikan kepercayaan kepada kita untuk menjadi sebuah pemuda yang ideal menurut versi mereka. Tidak ada pendapat yang buruk apapun itu, yang ada hanyalah pribadi yang buruk karena tidak memiliki sikap dan sifat untuk mau mendengar.
- Pemuda harus memiliki idealisme membangun. Semangat pemuda untuk bisa menempatkan bangsa dengan martabat yang tinggi haruslah disertai suatu proyek peradaban. Proyek peradaban disini adalah bagaimana para pemuda punya keinginan untuk mau membangun bangsanya dengan konsep yang sustainable. Bukan hanya berpikir masa kini, tapi membuat proyek – proyek masa depan yang akan diteruskan oleh pemuda – pemuda masa depan. Pemuda masa kini memiliki peran penting untuk membangun sikap kritis dan sikap membangun untuk pemuda – pemuda masa depan sebagaimana yang pernah dilakukan oleh pemuda – pemuda masa lalu untuk pemuda masa kini. Rantai kepemudaan tidak boleh terputus begitu saja ditangan suatu generasi. Generasi yang meninggalkan generasi lemah dibelakangnya adalah generasi yang gagal karena tidak meneruskan sebuah pembangunan peradaban. Proyek – proyek yang mandek dan tidak lagi berjalan karena kurangnya kesempatan bagi generasi masa depan merupakan modal awal tenggelamnya suatu bangsa. Oleh karenanya seorang pemuda harus benar – benar berpikir ke depan, dan jauh demi menjaga keberlangsungan semangat peradaban.
- Pemuda harus memiliki idealisme kepemimpinan. Berbicara masalah kepemimpinan maka kita berbicara mengenai lahan politis. Pernah Mohammad hatta menyampaikan pertanyaan yang retoris, “mengapa pemuda – pemuda indonesia atau mahasiswa indonesia banyak ikut aktif berpolitik?”, kemudian ia jawab sendiri, “Kalau mahasiswa Belanda, Perancis, dan Inggris menikmati sepenuhnya usia muda yang serba menggembirakan, pemuda Indonesia harus mempersiapkan diri untuk suatu tugas yang menuntut syarat-syarat lain. Tidak ada jalan lain yang sudah siap dirintis baginya; tidak ada lowongan pekerjaan yang sudah disiapkan baginya. Sebaliknya dia harus membangun mulai dari bawah, di tengah-tengah suasana yang serba sukar, di tengah-tengah pertarungan yang penuh dendam dan kebencian. Perjuangan kemerdekaan yang berat membayang di depannya, membuat dia menjadi orang yang cepat tua dan serius untuk usianya.” Dari pernyataan bung Hatta diatas dapat kita ketahui bahwa bangsa indonesia ini tidak lahir dari sebuah keniscayaan, tapi bangsa ini lahir dan akan menjadi besar karena perjuangan rakyatnya dan kemauan rakyatnya untuk mau menjadi lebih baik lagi. Itulah mengapa jika diperhatikan pemuda – pemuda ataupun mahasiswa Indonesia harus mengambil perannya dalam hal kepemimpinan. Karena sebuah mimpi dan harapan yang menjadi cita bangsa hanya akan dapat dicapai lewat kepemimpinan. Suatu hal yang naif bila kita hanya dapat meneriakkan teriakan – teriakan kritis kita terhadap pemerintahan namun kita tidak berani mengambil peran untuk memimpin. Memang pada dasarnya di Indonesia saat ini, banyak orang yang mengincar posisi pimpinan karena alasan kekayaan dan juga status sosial. Tapi hal – hal semaca itu bukanlah idealisme kepemimpinan. Idealisme kepemimpinan lahir atas dasar membangun keresahan bersama, menjadikan keresahan tadi sebagai dasar pemikiran untuk menjadi pemimpin dengan dalil merubah keresahan tersebut menjadi sebuah keharmonisan. Idealisme kepemimpinan tidak terletak pada jabatan pimpinan. Idealisme kepemimpinan dibangun atas dasar gotong royong bersama, membangun sebuah rencana dan menjadikan tim tersebut sebagai pendobrak peradaban dan kemajuan bangsa. Sehingga kesadaran akan pentingnya kepemimpinan yang dijalankan oleh working group tadi dapat terlepas dari belenggu ego dan juga ambisi untuk menduduki kursi kepemimpinan.
Kini, kita nantikan pergerakan DPD KNPI Palangka Raya yang telah menghidupkan "Api Revolusioner" kaum muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar